Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial adalah pengembangan obstetri dan ginekologi dan tatalaksananya dengan mengikutsertakan ilmu pencegahan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) sehingga ikut serta memperhitungkan faktor lingkungan yang berkaitan dengan fenomena kematian maternal dan perinatal serta penyakit alat reproduksi wanita. Oleh karena itu diperlukan pendidikan khusus, sehingga dapat dihasilkan Obstetri dan Ginekologi Konsultan (Sub Spesialis) yang mempunyai kompetensi dalam memberikan konsultasi untuk menyelesaikan masalah kesehatan reproduksi secara individu serta dalam masyarakat secara holistik, paripurna dan terintegrasi.
Didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum.
Pendidikan Kedokteran pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu kesehatan bagi seluruh masyarakat. Hal ini juga merupakan misi dari federasi dunia untuk pendidikan kedokteran (World Federation for Medical Education/WFME) sebagai badan internasional yang merepresentasikan dosen dan institusi pendidikan kedokteran. WFME berusaha untuk meningkatkan standar keilmuan dan etika tertinggi pendidikan kedokteran, mengajukan metode pembelajaran dan sarana instruksional baru, serta pengelolaan inovatif pendidikan kedokteran.
Pendidikan dokter adalah pendidikan akademik dan profesi yang menghasilkan dokter umum-dokter spesialis-dan dokter subspesialis yang merupakan jenjang pendidikan lanjut dari pendidikan dokter spesialis.
Standar pendidikan dokter harus selalu ditingkatkan secara terstruktur, berencana dan berkelanjutan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran (Medical Science and Technology), perkembangan ilmu dan teknologi pendidikan kedokteran (Medical Education and Tehcnology) dan tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan (The Quality of Health, Needs and Demands).
Dalam salah satu dokumen yang diterbitkan WFME dikemukakan suatu standar internasional pendidikan kedokteran pasca sarjana (Postgraduate medical education) yang dilengkapi dengan mekanisme untuk memperbaiki kualitas pendidikan kedokteran dalam konteks global, dimana pendidikan spesialis dan subspesialis termasuk dalam dokumen ini. Dalam era globalisasi pengembangan pendidikan dokter spesialis dan subspesialis yang mengikuti standar global perlu dikembangkan seperti yang dikemukakan dalam dokumen yang diterbitkan oleh WFME.
Di bidang obstetri, Indonesia masih terbelit masalah dengan tingginya angka kematian ibu. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 262/100.000 kelahiran hidup menurut laporan BPS pada tahun 2005. Di bandingkan dengan negara-negera ASEAN lainnya, AKI di Indonesia tertinggi. Penyebab kematian ibu, sesuai dengan penelitian beberapa pihak, paling banyak adalah akibat perdarahan.
Faktor sosial yang turut berperan dalam kematian ibu adalah keterlambatan mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya dalam risiko yang cukup tinggi, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan, dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan. Selain itu, terlalu muda punya anak, terlalu banyak melahirkan, terlalu rapat jarak melahirkan, terlalu tua punya anak, dan kurangnya partisipasi masyarakat, karena tingkat pendidikan ibu masih rendah, tingkat sosial ekonomi ibu, kedudukan wanita dalam keluarga masih rendah, dan sosial budaya tidak mendukung.
Kurangnya akses ibu bersalin terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas turut pula berperan. Kurangnya akses tersebut disebabkan penyebaran tempat pelayanan kesehatan yang belum optimal, kualitas dan efektifitas pelayanan kesehatan ibu belum memadai, sistem rujukan kesehatan maternal belum mantap, dan lemahnya manajemen kesehatan di berbagai tingkat.
Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah berupaya melakukan percepatan penurunan AKI dengan kebijakan Making Pregnancy Safer (MPS) melalui tiga pesan kunci dan empat strategi. Tiga pesan kunci tersebut adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obsteri dan neonatal ditangani secara adekuat, dan setiap usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan, dan penanggulangan komplikasi keguguran. Sedangkan empat strateginya adalah peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di tingkat dasar dan rujukan, membangun kemitraan yang efektif, mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, serta meningkatkan sistem surveilans monitoring dan informasi tentang KIA.
Di bidang ginekologi, kita masih terbelit masalah dengan makin meningkatnya penyakit menular seksual, terutama HIV di kalangan wanita, tingginya prevalensi karsinoma serviks di Indonesia, dan masalah kesehatan reproduksi remaja. Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut diperlukan konsultan di bidang obstetri dan ginekologi sosial yang dapat menerapkan tehnologi yang tepat guna, yang menitikberatkan pada segi promotif, preventif dan rehabilitatif, disesuaikan dengan kondisi di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan yang cukup besar.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada bermaksud untuk membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis II (PPDS-Konsultan) di bidang Obstetri sosial.
Sumber daya manusia (SDM) Divisi obstetri dan ginekologi sosial:
Prof.dr. Ova Emilia, M.Med.Ed, Ph.D., Sp.O.G, Subsp.Obginsos
Dr. dr. Shinta Prawitasari, M.Kes., Sp.O.G,Subsp.Obginsos
dr. Diannisa Ikarumi Enisar Sangun, Sp.O.G,Subsp.Obginsos
Dr. dr. Eugenius Phyowai Ganap, Sp.O.G,Subsp.Obginsos
dr. Pramudita Putri Dyatmika Mandegani, MPH