Annual Scientific Meeting (ASM)

Term of Reference

Seminar Manajemen Perdarahan pada kasus Obstetri dan Ginekologi

Yogyakarta, 4 Maret 2013

Annual Scientific Meeting (ASM)Latar Belakang

Sebab utama kematian ibu di negara berkembang termasuk di Indonesia adalah perdarahan. Data dari WHO tahun 2005 menunjukkan bahwa perdarahan merupakan 26% dari penyebab kematian ibu di dunia dan merupakan penyebab terbesar setelah infeksi (15%), unsafe abortion (13%), dan preeklampsia/eklampsia (12%), di samping sebab-sebab yang lain (WHO, 2005). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002-2003 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2007 AKI telah terjadi penurunan yang cukup signifikan yakni 228 per 100.000 kelahiran hidup (Kusumobroto et al., 2008).  Kematian ibu di Indonesia diibaratkan sama dengan penumpang 1 pesawat jumbo jet yang membawa  352 penumpang jatuh ke laut setiap minggunya atau sama dengan 2 kematian ibu per jam.

Perdarahan selama kehamilan dianggap sebagai keadaan akut yang membahayakan ibu dan anak, karena bisa menimbulkan kematian (Cermin dunia kedokteran, 1966; Harahap R.E., WIKJOSASTRO G.H.) . Sebanyak 20% wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami abortus (Nardho Gunawan, 1991).  Keadaan ini tentu membahayakan derajat kesehatan ibu dan anak sehingga perlu dilakukan tindakan.

Ada beberapa keadaan  yang  dapat menimbulkan perdarahan pada awal kehamilan seperti implantasi ovum, karsinoma serviks, abortus, mola hidatidosa, kehamilanektopik, menstruasi, kehamilan normal, kelainan lokal pada vagina/serviks seperti varises, perlukaan, erosi dan polip (Granger K, Pattison N, 1994). Semua keadaan ini akan menurunkan keberdayaan seorang wanita dan karenanya perlu dilakukan tindakan bagaimana penanggulangannya seperti pencegahan, pengobatan, maupun rehabilitasinya.

Semua wanita dengan perdarahan pervagina selama kehamilan perlu penanganan dokter spesialis. Peranan USG vaginal smear, pemeriksaan hemoglobin, fibrinogen pada missed abortion, pemeriksaan incompatibility ABO dan lain-lain, sangat diperlukan (Cermin dunia Kedokteran, 1966; Harahap R.E., WIKJOSASTRO G.H.)

Perdarahan postpartum merupakan kejadian terbanyak dari perdarahan obstetrik sebagai penyebab kematian maternal. Secara medis penyebab perdarahan postpartum disebabkan oleh faktor 4T, yakni tonus (atonia uteri), trauma (robekan jalan lahir), tissue (retensi plasenta atau sisa plasenta) dan trombin (kelainan koagulasi darah). Kegagalan penanganan perdarahan obstetrik dipegaruhi oleh beberapa faktor keterlambatan, baik keterlambatan pengenalan adanya perdarahan, intensitas perdarahan, keterlambatan transportasi dan keterlambatan dalam penanganan. Keterlambatan rujukan meningkatkan kematian maternal sebanyak 5,27 kali dan keterlambatan penanganan di rumah sakit 12,73 kali. Perdarahan lebih dari 1500 ml menaikkan kematian maternal sebanyak 4,18 kali (Siswosudarmo,2009).

 

Sekretariat
Dwi  0818.0269.8043 (dwi.gading@yahoo.co.id)
Rika 0815.7889.7878 (chatarina_rika@yahoo.com)
Bagian Obsgin FK UGM/RS Dr Sardjito
Telp/Faks. 0274-511329, 544003
Email : panitia.seminarkespro@gmail.com