Randomized Controlled Trial

H. Risanto Siswosudarmo
UJI KLINIK SECARA RANDOM (UKR)
(RANDOMIZED CLINICAL TRIAL, RCT)

logo UGM

Departemen Obstetrika dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta

 

BAB I. GAMBARAN UMUM
Tujuan:
Setelah menyelesaikan modul pertama ini peserta diharapkan mampu:
1. Mengenal jenis uji klinis secara random.
2. Mengenal sifat umum uji klinis secara random.
3. Mengidentifikasi unsur penting dalam uji klinis secara random.
Tahap pengujian sebuah obat.
I. Tahap praklinis
Sebelum suatu obat baru diujicobakan pada manusia, ia harus melewati uji coba
laboratorium, baik secara in-vitro maupun in vivo pada binatang percobaan. Pada
tahap ini uji coba suatu obat masih dalam tahap praklinis. Pada tahap ini akan diperoleh
informasi tentang farmakologi dan toksikologi obat, yang meliputi:
a. Efek farmakologi.
b. Mekanisme dan titik tangkap kerja obat.
c. Farmakokinetika, seperti absorbsi, distribusi, metabolisme, ekskresi dll.
d. Dosis letal 50 (LD50)
e. Efek teratogenik.
f. Toksisitas.
g. Kerusakan organ atau jaringan.
h. Efek karsinogenik, dll.
Mengingat pada tahap ini tujuan pengujian sebuah obat begitu penuh bahaya dan risiko
maka tahap ini hanya boleh dikerjakan di laboratorium atau mengunakan hewan coba.
II. Tahap Klinis
Sesudah melalui tahapan non klinis dan sebuah obat dinyatakan aman dan layak
untuk diujicobakan pada manusia, maka obat tersebut baru boleh memasuki tahap uji
coba pada manusia. Uji coba pada manusia inilah yang lazim disebut uji coba secara
klinis (clinical trial). Karena sebuah obat yang aman pada binatang belum tentu aman
bagi manusia, maka uji coba obat pada manusia juga harus melalui beberapa tahap. Uji
coba sebuah obat baru pada manusia biasanya digolongkan pada empat fase, yaitu:
1. Uji Klinis Fase I
Ini adalah tahap awal penilaian suatu obat pada manusia. Tujuan utama adalah
untuk mengetahui adanya efek samping yang tidak muncul pada hewan coba. Tujuan
lain adalah untuk mengetahui apakah obat tersebut dapat diterima atau tidak oleh tubuh
(tolerated). Di samping itu, juga untuk mengetahui bagaimana proses metabolisme dan
bioavailability obat tersebut pada manusia. Hal yang harus diketahui misalnya adalah di
mana absorbsinya dan berapa kecepatannya, bagaimana metabolismenya, ke mana
distribusinya, lewat apa ekskresinya dan berapa kecepatannya. Dengan demikian pada
uji coba klinis fase I yang penting adalah keamanan (safety) suatu obat baru dan bukan
keampuhannya (efficacy) atau kemanjuran (effectiveness). Subjek biasanya adalah
relawan yang diberi obat dengan dosis bertingkat untuk mengetahui sejauh mana dosis
obat tersebut dapat diterima. Biasanya, dosis yang diberikan pertama kali adalah 1/50
dosis minimal pada hewan coba yang masih memberikan efek, kemudian dinaikkan
dengan kelipatan 1,5 atau 2 kalinya, sehingga muncul adanya efek farmakologik atau
efek samping. Uji klinis fase I biasanya membutuhkan paling banyak 80 relawan.

Download PDF

Download PPT